Macet. Ya, macet adalah kata paling populer untuk menggambarkan ibu kota Indonesia yaitu Jakarta saat ini. Bahkan ada yang bilang kalau nggak macet ya bukan jakarta namanya. Tapi, banyak sekali orang yang selalu menyalahkan pemerintah karena kemacetan. Menurut saya itu adalah hal yang salah, karena kemacetan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab kita semua sebagai pengguna jalan.
Sebenarnya banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan di ibu kota ini, tapi sampai saat ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Bahkan pemerintah DKI Jakarta telah menganggarkan Rp8,8 triliun melalui APBD DKI Jakarta 2017 hanya untuk pengendalian kemacetan (sumber : okezone.com). Bukan dana yang sedikit kalau hanya untuk menanggulangi kemacetan. Dari hal tersebut bisa kita lihat kalau pemerintah sudah memberikan yang terbaik, namun kenapa masih gagal? jawabannya sederhana yaitu kurangnya kesadaran masyarakat. Apalagi masih banyak yang beranggapan bahwa mobil adalah penanda status ekonomi dan sosial seseorang, kalau seperti itu gimana macet bisa dihilangkan!
Kalau kita boleh bandingkan dengan negara Singapura yang luas wilayahnya lebih besar dari Jakarta saja tidak mengenal kata macet. Kalian bisa cek data dibawah ini:

Dengan luas wilayah yang lebih besar Singapura hanya memiliki jumlah penduduk 5,6 juta jauh lebih kecil dibanding Jakarta yang hanya mempunyai luas lebih kecil dari singapura yaitu 9,6 juta (sumber : Google.com) Faktor lain Singapura tidak mengenal kata macet karena pemerintah Singapura membatasi kepemilikan jumlah kendaraan bermotor.
Kesadaran masyarakat Singapura untuk menggunkan tranportasi massal dan umum juga tinggi dibanding dengan Jakarta yang mayoritas malas menggunakan transportasi massal dan umum. Padahal jenis transportasi massal dan umum di Jakarta lebih beraneka ragam mulai becak, angutan umum, kopaja, Trans Jakarta, Commuter Line, bis, bajaj, kereta api, dll. Singapura memiliki beberapa transportasi massal yang belum dimiliki Jakarta diantaranya LRT dan MRT, wait? MRT? kata siapa Jakarta nggak punya MRT! Karena sebentar lagi Jakarta bakal punya MRT. Biar kalian lebih paham lagi aku akan simak sedikit mengenai MRT.
Mass Rapid Transit adalah jenis kereta yang bisa mengangkut massa dalam jumlah yang besar. baik MRT maupun LRT sama-sama digerakkan oleh aliran listrik di bagian atasnya. Kemudian, kedua moda transportasi ini punya ukuran rel yang sama. LRT punya kecepatan hanya 30 – 40 kilometer/jam sedangkan MRT dan KRL jarak tempuhnya sampai 100 kilometer/jam. KRL dan LRT masih membutuhkan masinis dalam pengendaliannya, sementara MRT sudah menggunakan sistem yang bernama ATO (Automatic Train Operation). MRT menggunakan perlintasan layang dan bawah tanah, KRL menggunakan layang dan rel atas tanah, sedangkan LRT hanya memanfaatkan jalur layang saja.
Pada saat ini pembangunan MRT Jakarta fase I masih terus berlanjut, dengan panjang lintasan kurang lebih 16km. Pada fase I ini MRT Jakarta akan menggunakan armada sebanyak 16 set kereta, dengan daya tampung 1.800 penumpang/set kereta. MRT Jakarta pada fase I akan dibangun 13 stasiun yang terdiri dari tujuh stasiun layang (Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja) serta enam stasiun bawah tanah (Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran Hotel Indonesia). Pembiayaan proyek MRT ini sumbernya adalah 51% pemerintah pusat dan 49% pinjaman pemerintah Jepang. MRT Jakarta fase I ini diperkiran mulai beroperasi bulan maret 2019.
![]() |
| sumber : https://jakartamrt.co.id/ |
Fasilitas adalah hal yang paling mempengaruhi kenyamanan pengguna MRT. Oleh karena itu, MRT Jakarta telah mempersiapkan fasilitas dengan standar international diantaranya
1. Di dalam stasiun
Terdapat fasilitas eskalator, elevator, ruang pertolongan pertama, ruang menyusui, toilet umum, Platform Screen Door (PSD), tempat duduk, customer services, ticket sales office, public announcement, tactile untuk penyandang disabilitas. passenger gate, wide passenger gate untuk pengguna kursi roda. jaringan nirkabel, dan penampang informas
2. Kereta
sinyal telekomunikasi tetap bisa diakses oleh penumpang meskipun berada di dalam terowongan hingga kedalaman 20 meter, bangku prioritas untuk penyandang disabilitas, orang tua, ibu hamil, dan anak-anak. Tempat barang di bangku prioritas. Penampang informasi, dan Penyejuk ruangan, sementara di tiap stasiun layang akan digunakan desain yang mengoptimalkan sirkulasi udara terbuka.
Tak hanya sampai disitu, MRT Jakarta juga memanjakan calon penumpang MRT dengan memberikan tema yang berbeda pada masing-masing stasiun, baik stasiun bawah tanah ataupun stasiun layang.
Dengan adanya MRT Jakarta yang bertabur fasilitas dengan standar internasional nantinya dapat meningkatkan rasa kecintaan kita untuk menggunakan transportasi publik dalam hal ini MRT dan meninggalkan kendaraan pribadi. Bahkan dengan adanya MRT Jakarta bisa menambah daya tarik wisatawan asing maupun lokal untuk kota Jakarta.
Ayo kita bersama-sama mengurangi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan menggunakan transportasi publik! Kalau tidak mau berubah dari sekarang lalu mau kapan lagi? kalau bukan kita yang mengubah siapa lagi? Nggak mau kan kalau di masa anak cucu kita mendatang terdapat banyak sekali bangkai sampah kendaraan yang sudah tidak layak pakai! Bersama-sama ayo kita ubah wajah Jakarta yang lebih baik!
Bekerja Bersama #UbahJakarta






No comments:
Post a Comment